Oleh: Saifuddin
DENGAN segala hormat, kepada Bapak Presiden yang sedang menjalankan tugas kenegaraan di Istana Negara, Republik Indonesia.
Wahai Bapak Presiden,
Dalam naskah kecil ini kami mencoba untuk menuangkan isi hati kami dan semoga sampai ke Gedung Istana dan di baca oleh Bapak Presiden.
Ini suara hati kami, bangsa kecil yang ingin mengadu nasib kepada Anda. Bapak Presiden, apakah Anda bisa melihat nasib kami disini? Apakah Anda tau apa yang sedang kami lakukan? Apakah Anda Anda tau di tiga waktu itu apa yang kami makan. Mungkin Anda tidak tau, pak, dan mungkin Anda terlalu sibuk dengan perekonomian Negara kita. Anda hanya melihat kedepan saja. Apakah dengan meningkatnya perekonomian Negara kami akan merasakan kenikmatan? Tidak pak! Tidak. Karena dengan meningkatnya perekonomian, meningkat pula para koruptor di atas Negara kita.
Wahai Bapak Presiden,
Kami tidak ingin Anda menjadi boneka yang hanya mendengarkan apa yang mereka bisikkan di telinga Anda. Anda kami pilih sebagai tanda bahwa Anda patut duduk di atas kursi kepresidenan. Anda seorang pemimpin untuk sebuah Negara bukan sebuah boneka untuk suatu Partai atau boneka Negara-negara luar! Kami sangat menginginkan arti sebuah kedamaian dan merindukan arti dari sebuah kejujuran. Kami tidak mengharapkan Anda bisa menjadi yang terbaik tetapi kami sangat menginginkan Anda menjadi tauladan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Wahai Bapak Presiden.
Dari dalam hati sanubari terdalam ini kami bertanya kenapa hukum di Indonesia sangat jauh berbeda dengan hukum di Negara lain? Hukum di Indonesia sekarang layaknya sayuran yang bisa diperjual belikan para koruptor! Dengan mudahnya dia menebus segala kesalahannya dengan cara yang tidak pantas mereka lakukan. Tetapi kenapa seorang pencuri sandal malah divonis mendekam dibalik jeruji besi bertahun-tahun, padahal koruptor dan pencuri itu sama-sama penghianat Negara. Hanya saja caranya saja yang berbeda.
Bapak presiden kami sangat menginginkan agar hukum di Indonesia menjadi sebuah hukum yang nyata, Tidak pandang bulu. Tidak seperti sekarang ini, dimana seorang koruptor yang terbukti bersalah atas kasus nya di umbar-umbar tapi akhir nya hilang tanpa jejak dan dilupakan begitu saja.
Inilah jeritan hati kami, Pak Presiden. Semoga pesan singkat ini ‘sempat’ terbaca disela waktu Anda yang sangat sibuk.[]
Penulis: Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Malikussaleh Lhokseumawe; Email: poponalghazali@gmail.com
0 comment
Post a Comment